HOKOTA - Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industi dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel memuji sistem pertanian yang diterapkan di Negeri Sakura. Dibandingkan negara Asia lainnya, pertanian Jepang adalah yang paling maju. Hal ini terlihat tidak hanya pada teknologi yang digunakan pada bidang pertaniannya saja, melainkan pada kualitas produk pertanian yang tinggi.
Baca juga:
Pertanian Organik, Pertanian Masa Depan
|
“Sekitar 60 tahun lalu kota ini adalah kota yang miskin, tapi kemudian berhasil mengubah keadaan dengan menjadi pemasok sayur-sayuran di Jepang, bahkan untuk sejumlah produk menjadi nomor satu dan produk premium untuk seluruh Jepang, ” ungkap Gobel saat memimpin kunjungan kerja Delegasi DPR RI ke Kantor Wali Kota Hokota, Jepang, Rabu (3/8/2022).
Gobel didampingi Ketua Komisi IV DPR RI Sudin, Anggota Komisi IV DPR RI Alien Mus, Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad, Anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansyah, Anggota Komisi VI DPR RI Subardi, Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Hakim Bafagih, serta Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi.
Dalam kunjungan tersebut, Gobel berdialog dengan Wali Kota Hokota, Kishida mengenai sistem pertanian di Jepang. Kishida bercerita saat pertama kali membangun pertanian di Hokota, mereka tidak bekerja sama dengan pihak Universitas maupun pabrik pupuk. "Kami memanfaatkan para ahli di sini saja serta kerja keras para petani. Kami terus melakukan perbaikan dan beruji coba untuk menghasilkan yang terbaik, " kata Kishida.
Kishida menambahkan bahwa mereka juga terus berupaya menciptakan bibit dengan varietas yang terbaik sembari memperlihatkan produk unggulan Kota Hokota, diantaranya ubi jalar, strawberi, timun, pare, wortel, lobak, dan berbagai jenis sayuran lainnya.
Baca juga:
Menggali Laba dari Bertani Pala
|
Kepada Kishida, Gobel menyampaikan kunjungan ke Hokota memiliki makna strategis, khususnya pertanian di tengah gejolak krisis pangan global. "Akibat masalah geopolitik, yang terakhir adalah konflik Rusia-Ukraina, dunia menghadapi masalah ketersediaan pangan. Bahkan mengarah pada krisis pangan, " jelasnya.
Selain perkembangan geopolitik internasional, menurut Gobel, permasalahan perubahan iklim atau climate change juga perlu menjadi perhatian serius. Dampak climate change, kata politisi Partai NasDem itu, berakibat pada gagal panen dan bencana banjir yang mengganggu produksi pertanian.
"Jadi, kita dan dunia ke depan akan menghadapi masalah pangan. Kita tidak boleh diam. Apalagi Indonesia memiliki penduduk yang besar. Kita harus berdaulat di bidang pangan, tak boleh tergantung pada negara lain. Selain itu, dengan lahan yang luas, kita bahkan bisa menyediakan pangan untuk dunia. Jadi, ini sangat strategis, " jelas legislator daerah pemilihan (dapil) Gorontalo tersebut.
Gobel juga menyinggung hubungan diplomasi Indonesia-Jepang yang akan memasuki tahun ke-65 pada 2023 mendatang perlu diperkuat dengan kerja sama di bidang pertanian. “Harus ada kado yang bermakna. Pak Dubes menyampaikan kado itu bisa berupa lahan 10 hektar di Hokota untuk dikelola petani Indonesia. Lalu, Pak Sudin menyampaikan Indonesia bisa memberikan 100 hektar lahan di Indonesia untuk dikelola Jepang, ” urai Gobel.
Selain itu, Gobel juga mengusulkan agar kerja sama tenaga magang di Hokota bisa ditingkatkan. Menurutnya ini penting agar petani Indonesia bisa praktik bertani yang unggul. Selain itu, kata Gobel, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk peserta magang di sektor pertanian yang sudah kembali ke Indonesia, bisa mendapat fasilitas kredit dari pemerintah. Dengan bantuan tersebut, diharapkan mereka bisa langsung mempraktekkan ilmu yang dipelajari selama di Jepang. "Ini harus menjadi perhatian khusus dari menteri pertanian, " tandasnya.
Pada kesempatan itu, delegasi juga berkunjung ke areal pertanian milik salah satu warga Jepang, Kazutoshi Murata. Di lahan seluas dua hektare itu, terdapat sembilan pekerja Indonesia yang berasal dari Singaraja, Bali. Mereka mengaku dikirim Pemda Setempat untuk belajar bagaimana cara bertani yang unggul di Hokota. Di Hokota terdapat 543 orang Indonesia yang sedang magang bertani. "Kami puas dengan kinerja mereka. Mereka rajin dan jujur, " ujar Kishida.
Menurut Kazutoshi Murata, pertanian stroberi kota Hokota unggul karena faktor bibit dan juga pengolahan tanah dan perlakuan terhadap tanaman. Ia menyebutkan sebelum ditanami, selama tiga pekan tanah dipanaskan dengan suhu mencapai 64 derajat celcius. Ini untuk membunuh hama yang ada di tanah serta untuk menyuburkan tanah.
"Kami tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia. Kuncinya pada pengaturan suhu, keseimbangan keasaman tanah, nutrisi dan pengaturan air. Semuanya menggunakan greenhouse sehingga lebih mudah pengontrolannya, " kata Murata. (azk, ann/sf)