JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Dwita Ria Gunadi mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan Biaya Operasional Penyuluh (BOP) Pertanian dan insentif bagi penyuluh dan Tenaga Honor yakni Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP). Penyuluh dan THL-TBPP memiliki peran mengenai ketahanan pangan Indonesia dalam menghadapi krisis pangan yang semestinya mendapat apresiasi.
“Kami kembali menyuarakan tentang penyuluh, Pak. Fraksi Gerindra setiap tahun mendorong untuk meningkatkan BOP dan insentif penyuluh dan juga tenaga honor, THL. Tenaga honor ini mereka sudah mengabdi cukup lama sampai saat ini juga mungkin status mereka belum jelas, jadi saya mohon perhatiannya, ” kata Dwita dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran Kementerian Pertanian, di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Rabu (31/8/2022).
Politisi Partai Gerindra ini juga meminta Kementan untuk memperhatikan para tenaga honor THL yang telah lama mengabdi lama untuk dapat diangkat. “Saya mohon perhatiannya 13.000 formasi yang diajukan oleh Kementan kepada Kemenpan-RB ini, untuk mengangkat tenaga-tenaga THL kita yang sudah memang lama mengabdi di pertanian, ” tambahnya.
Dwita juga memberikan catatan mengenai target produksi Kementan. Pada Raker 22 Maret 2022 lalu, Kementan memberikan data target produksi padi sejumlah 56, 08 juta ton tetapi pada Raker yang dilakukan pada 31 Agustus 2022 ini berubah menjadi 54, 50 juta ton. Kemudian ada peningkatan produksi kedelai tahun 2023 dari 0, 2 juta akan menjadi 0, 59 juta ton.
“Nah kami sangat mendukung target kedelai tersebut. Tentu saja pencapaian target ini harus linear juga dengan mengurangi ketergantungan kedelai kita akan impor. Di sini juga ada peningkatan jagung 23, 05 juta ton, bawang merah 1, 71 ton, cabe, tebu, daging sapi dan kerbau, ” pungkas legislator dapil Lampung II itu.
Baca juga:
Kajari Baru, Temui Dandim 0824/Jember
|
Kemudian Dwita juga menyoroti mengenai kesejahteraan para petani. Saat ini, Indonesia surplus beras tetapi di sisi lain harga-harga komoditas pangan lain mengalami kenaikan cukup tinggi. Hal ini membuat terdapat kesenjangan dalam pendapatan petani yang tidak diimbangi dengan kemampuan pembelian lantaran harga-harga pokok lain yang tinggi.
“Kemarin kita mengalami harga minyak makan, kemudian saat ini telur yang tinggi kemudian sebentar lagi BBM yang akan naik.nah jadi ini perlu menjadi fokus dan perhatian kita semua, semua ternyata kesejahteraan petani yang kita mimpikan ini belum sebanding dengan pengeluaran yang harus mereka keluarkan dari kebutuhan hidup sehari-hari, ” tuturnya. (gal/sf)